Virus Corona telah menciptakan teror yang mengerikan bagi umat manusia di seluruh dunia. Kehadirannya menciptakan rasa takut, kekawatiran, ancaman kesehatan terhadap orang tua, komorbit dan orang-orang yang memiliki imunitas rendah. Banyak jiwa sudah direnggut dan tanda-tanda hilangnya keganasan virus ini belum terlihat signifikan.
Corona telah merepotkan pemerintah, ASN, tenaga medis, pemilik usaha, pengelola lembaga pendidikan bahkan masyarakat yang bergerak di sektor informal. Kegiatan ekonomi dibatasi, aktivitas pendidikan dihentikan. Semua dilakukan demi mencegah berkembangnya virus. SMK Mikael dan ATMI Surakarta juga sangat terdampak, pendidikan menjadi pincang khususnya pendidikan yang berbasis pada kegiatan praktek bengkel dan laboratorium. Sekolah vokasi kehilangan kesempatan dalam memperkaya anak didik dalam bidang praktik. Sementara sekolah non vokasi juga mengalami rendahnya daya serap siswa didik terhadap target pembelajaran.
Mensiasati Corona
Semakin lama industri tidak melakukan kegiatan produksi maka kebangkrutan dan kemiskinan tinggal menunggu hari. Sementara ketika harus berproduksi, ada kemungkin mengalami perjumpaan dengan banyak orang, dan hal ini tentu saja kontra gagasan dengan upaya pemerintah menerapkan program 5M: mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak, menghindari kerumunan, dan membatasi mobilitas. Situasi pandemi ini sangat menyulitkan pihak swasta, sekolah vokasi dan masyarakat yang bekerja di sektor informal. Jika tidak ada produksi, lalu darimana perusahaan mendapatkan uang untuk membayar gaji karyawannya. Dampak yang paling nyata adalah kemiskinan. Jika tidak ada praktik, bagaimana kemampuan teknis bisa dilatihkan dalam diri anak didik. Ciri khas sekolah vokasi akan hilang ketika mereka tidak melakukan pembalajaran praktik. Sampai kapan situasi seperti ini akan berlangsung? Tidak ada seorangpun yang bisa memberi jawaban dan kepastian. Jika tidak ada kepastian apakah kita masih harus “ngumpet” sepanjang waktu demi menghindari keganasan virus corona ?
Sadar akan dampak yang ditimbulkan dari situasi ini, Politeknik ATMI Surakarta sebagai kampus teknik membuat terobosan dalam menyiasati situsi yang tidak kondusif ini. Beberapa langkah diambil ATMI dalam menyiasati situasi ini :
- Mengubah Jadwal Kuliah
Sistem perkuliahan di ATMI adalah sistem blok, bukan sistem SKS. Sebelum pandemi, mahasiswa dibagi dalam tiga kelompok. Dua kelompok untuk kuliah praktik dan satu kelompok untuk kuliah teori, dalam sebulan mahasiswa bisa praktik selama 4 minggu, sementara kuliah teori dilaksanakan selama dua minggu setelah minggu ke 4 kuliah praktik berakhir. Ketika virus corona makin merajalela, ATMI mengubah jadwal kuliah. Selama dua bulan terakhir ini seluruh mahasiswa melakukan kuliah teori dengan cara daring. Kuliah praktik dihentikan dan baru akan diuji cobakan lagi pada akhir bulan maret dengan memberlakuikan protokol kesehatan yang ketat. - Mengubah Jam Kuliah Praktik
Jika kuliah praktik biasanya 8 jam sehari, 40 jam seminggu, dijalankan dalam dua shift, pagi dan siang, kini kuliah praktik hanya 5 jam sehari, 25 jam seminggu, dijalankan dalam tiga shift agar menghindarkan kerumunan. Dengan cara seperti ini dan setingan mesin/lab di ATMI yang sudah sesuai protokol kesehatan, maka kuliah praktik bisa dilaksanakan. - Menaati Protokol Kesehatan
Protokol kesehatan di lingkungan Politeknik ATMI sudah dijalankan dengan sangat ketat. Sebelum masuk kampus semua mahasiswa dari luar daerah harus melakukan swab dan dinyatakan negatif corona. Ketika masuk kampus sudah ada petugas yang mencek suhu tubuh, lalu harus melewati cabin sanitizer, mencuci tangan dan ruang-ruang kelas dan perkantoran rutin disemprot sanitizer dan voging sehingga sampai saat ini lingkungan ATMI sangat steril dari virus. Beberapa karyawan dan dosen yang sempat terpapar biasanya terpapar ketika berada di luar kampus. Jika ada karyawan/dosen yang terpapar virus, dan dinyatakan positif, maka untuk mencegah berkembangnya virus, petugas protokol kesehatan ATMI melakukan swab untuk karyawan yang terkoneksi dengan karyawan yang terpapar tersebut dan melakukan isolasi mandiri bagi yang terpapar. - Melakukan vaksinasi
Vaksinasi corona yang sedang diupayakan pemerintah adalah langkah terbaik untuk menciptakan herd imunity atau kekebalan kelompok. Jika semakin banyak orang yang kebal maka gerakan virus untuk menjangkiti banyak orang semakin terhalang. Namun sampai saat ini, ATMI belum mendapatkan kesempatan vaksinasi corona. Untuk meningkatkan imunitas anggota komunitas, Politeknik ATMI menjalankan vaksinasi influenza bagi seluruh karyawan/dosen dan mahasiswa. Selain itu, untuk karyawan/dosen yang berusia 50 tahun ke atas semua mendapatkan vaksinasi pneumonia.
Semua tindakan ini dilakukan agar seluruh anggota komunitas Politeknik ATMI Surakarta memiliki imunitas yang tinggi sehingga dapat melaksanakan tugasnya masing-masing dalam kondisi fit. Kita tidak bisa hanya berdiam diri dan menunggu virus hilang sebab kita tidak pernah tahu kapan virus akan hilang. Yang jelas kita tidak akan membiarkan anak didik belajar seadanya. Kita tidak menginginkan lulusan ATMI kehilangan kompetensi teknisnya, khususnya di bidang praktik, sebab dalam kompetensi teknis itulah pembelajaran yang diberikan bisa diukur tingkat keberhasilannya.
Dalam salah satu kesempatan, Rm. T. Agus Sriyono, SJ, selaku Direktur Politeknik ATMI Surakarta pernah menyampaikan bahwa virus corona mungkin sudah menyebar kemana-mana dan tidak bisa dimusnahkan dalam waktu dekat, oleh karena itu kita harus belajar bersahabat hidup berdampingan dengan virus tersebut dan tetap melakukan aktivitas sehari-hari dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan dan tentu saja menjaga daya tahan tubuh agar tetap imun, mengubah pola hidup, pola belajar dan pola kerja.
Semoga upaya Politeknik ATMI Surakarta untuk tetap produktif di tengah pandemi ini diberkati oleh Tuhan dan seluruh civitas akademi berserta keluarga diberikan kesehatan dan keselamatan.